Jumat, 09 April 2010

Askep Hipertensi Pada Lansia

I. Konsep Penyakit
A. Definisi
  1. Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner and Suddart , 2002).
  2. Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia dan menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanan darah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose Roesma, dari divisi nefrologi ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta mengungkapkan bahwa pada orang tua umumnya terjadi hipertensi dengan sistolik terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya elastisitas arteri atau bagian dari penuaan.

B. Klasifikasi

Klasifikasi Hipertensi berdasarkan WHO-ISH 1999

Kategori

Tekanan Sistolik

(mmHg)

Tekanan Diastolik

(mmHg)

Optimal

Normal

Normal Tinggi

Derajat 1 (ringan)

- subgroup borderline

- Derajat 2 (sedang)

- Derajat 3 (berat)

Hipertensi Sistolik

<>

<>

130 – 139

140 – 159

140 – 149

160 – 179

≥ 180

≥ 140

<>

<>

85 – 89

90 – 99

90 – 94

100 – 109

≥ 110

≥ 90

Sumber : Zulkhair Ali, Standar Profesi Ilmu Penyakit Dalam (2002).

C. Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan / sebagai akibat dari adanya penyakit lain.

Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas :

1. Tidak dapat dikontrol, seperti :

- Keturunan (genetik), kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot daripada heterozigot, apabila salah satu diantaranya menderita hipertensi, menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran terhadap terjadinya hipertensi. Pada percobaan binatang tikus golongan Japanese spontanously hypertensive rat (SHR), New Zealand genetically hypertensive rat (GH), Dahl salt sensitive (H) dan Salt resistant dan Milan hypertensive rat strain (MHS), dua turunan tikus tersebut mempunyai faktor neurogenik yang secara genetik diturunkan sebagai faktor penting timbulnya hipertensi, sedangkan dua turunan yang lain menunjukkan faktor kepekaan terhadap garam yang juga diturunkan secara genetik sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.

- Jenis Kelamin, kalau ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Laporan dari Sumatera Barat, mendapatkan 18,6% pria dan 17,4% wanita. Dari perkotaan di Jakarta (pertukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.

- Umur, Penderita hipertensi esensial, sebagian besar timbul pada usia 25 – 45 tahun dan hanya 20% yang timbulnya kenaikan tekanan darah di bawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun (Soeparman, 1999).

2. Dapat dikontrol :

- Kegemukan (obesitas), belum terdapat mekanisme pasti, yang dapat menjelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, akan tetapi pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. Pada obesitas tahanan ferifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.

- Kurang Olahraga, lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer, yang akan menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Dengan kurang olah raga, kemungkinan timbulnya obesitas akan meningkat dan apabila asupan garam bertambah, akan mudah timbul hipertensi.

- Merokok, rokok juga dihubungkan dengan hipertensi, walaupun pada manusia mekanisme secara pasti belum diketahui. Hubungan antara rokok dengan peningkatan resiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.

- Kolesterol tinggi, kehamilan,

- Konsumsi Alkohol. Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat cenderung hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya hipertensi secara pasti belum diketahui.

- Garam merupakan hal yang sangat sentral dalam patofisiologi hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi beberapa saja, sedangkan apabila asupan garam antara 5 – 15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 – 20%.

D. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi Sistem Kardiovaskuler

b. Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,berongga dan dengan basisnya diatas dan puncaknya dibawah. Apexnya (puncak) miring kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Agar jantung berfungsi sebagai pemompa yang efisien, otot – otot jantung, rongga atas dan rongga bawah harus berkotraksi secara bergantian. Laju denyut – denyut jantung atau kerja pompa ini dikendalikan secara alami oleh suatu “pengatur irama” ini terdiri dari sekelompok secara khusus, disebut nodus sinotriali, yang terletak didalam dinding serambi kanan Sebuah impuls listrik yang ditransmisikan dari nodus sinotrialis ke kedua serambi membuat keduanya berkontraksi secara serentak. Arus listrik ini selanjutnya diteruskan ke dinding – dinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik – bilik berkotraksi secara serentak. Periode kontraksi ini disebut systole. Selanjutnya periode ini diikuti dengan sebuah periode relaksasi pendek kira - kira 0.4 detik yang disebut diastol, sebelum inpuls berikutnya datang Nodus sinotriolis menghasilkan antara 60 hingga 72 impuls seperti ini setiap menit ketika jantung sedang santai. Produk impuls – impuls ini juga dikendalikan oleh suatu bagian sistem saraf yang disebut sistem syaraf otonom , yang bekerja diluar keinginan kita. Sistem listrik built-in inilah yang menghasilkan kontraksi – kontraksi otot jantung berirama yang disebut denyut jantung.

E. Manifestasi Klinis

1. Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

2. Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.

3. Hipertropi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yag meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah [BUN] dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasikan sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infark otak mencapai 80%.


F. Patoflow


G. Komplikasi

Pada kenyataannya, modifikasi gaya hidup telah terbukti menghilangkan hipertensi pada beberapa individu tanpa menggunakan obat (JNC,1992). Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan hipertensi (JNC,1992):

a) Mencapai penurunan berat badan sampai 10% dari berat badan ideal.

b) Batasi masukan alkohol tiap hari(2 oz liquor, 8 oz anggur, atau 24 oz bir)

c) Ikut serta dalam latihan aerobik reguler (30-45 menit) tiga sampai lima kali seminggu.

d) Kurangi masukan natrium sampai <>

e) Berhenti merokok.

f) Kurangi lemak jenuh dan kolesterol sampai < 3% dari masukan diet

Pastikan mengkonsumsi kalsium, kalium dan diet magnesium dalam jumlah yang diizinkan setiap hari.

h) Obesitas meningkatkan tahanan perifer dan beban kerja jantung sehingga meningkatkan tekanan darah. Alkohol adalah vasodilatator yang akan menyebabkan vasokonstriktor rebound, yang mempunyai keterkaitan dengan tekanan darah (Cunningham, 1992).

i) Latihan reguler meningkatkan aliran darah perifeò- dan otot seòõ` efisiensi jantung. Hasilnya adalah sistem kardiovaskuler yang lebih efektif (Hill,1985). Natrium mengontrol distribusi air keseluruh tubuh. Peningkatan natrium menyebabkan peningkatan air, dengan demikian meningkatkan volume sirkulasi dan meningkatkan tekanan darah. Tembakau bekerja sebagai vasokonstriktor, yang meningkatkan tekanan darah. Diet tinggi lemak membantu pembentukan plaque dan penyempitan pembuluh darah (Cunningham, 1992).


II ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)


A. Pengkajian

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : - Frekuensi jantung meningkat.

- Perubahan irama jantung.

- Takpinea

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup dan penyakit serebrovaskuler.

Tanda : - Kenaikan TD (Pengukuran serial dan kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakan diagnosis).

- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat).

- Nadi : Denyutan jelas dari karotis jugularis, radialis, perbedaan denyut, seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis, denyut poplitea, tibialis posterior, pedialis tidak teraba atau lemah.

- Denyut apikal : PMI kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat.

- Frekuenasi / irama : Takikardia, berbagai disritmia.

- Bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini), S4 (Pengerasan ventrikel kiri / hipertrofi ventrikel kiri).

- Murmur stenosis valvular.

- Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (Stenosis arteri).

- DVJ (Distensi Vena Jugularis) (Kongesti Vena).

- Ekstremitas : Perubahan warna kulit, suhu dingin (Vasokontriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda (Vasokontriksi).

- Kulit – pucat, sainosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia), kemerahan (Feokromositoma).

3). Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansieta, depresi, euforia., atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral), faktor-faktor stres multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

Tanda : - Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak.

- Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela peningkatan pola bicara.

4). Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/ obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).

5). Makanan/ Cairan

Gejala : - Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (Seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam kandungan tinggi kalori.

- Mual, muntah.

- Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/ turun).

- Riwayat penggunaan diuretik.

Tanda : - Berat badan normal atau obesitas.

- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu) kongesti vena, DVJ; glikosuria (hampir 109 pasien hipertensi adalah diabetik).

6). Neurosensori

Gejala : - Keluhan pusing/ pening.

- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).

- Episode kebas dan/ atau kelemahan pada satu sisi tubuh.

- Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).

- Episode epistaksis.

Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan, orientasi, pola/ isi bicara, efek, proses pikir, atau memori (ingatan).

- Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan dan/ atau refleks tendon dalam.

- Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/ penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papliedema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/ lamanya hipertensi.

7). Nyeri / Ketidaknyamana

Gejala : - Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung)

- Nyeri hilang timbul pada tungkai/ klaudiksi (indikasi arterio sklerosis pada arteri ekstremitas bawah).

- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya

- Nyeri abdomen/ massa (feokromositoma)

8). Pernafasan

Gejala : - Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/ kerja.

- Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal.

- Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum.

- Riwayat merokok.

Tanda : - Distres respirasi/ penggunaan otot aksesori pernafasan.

- Bunyi nafas tambahan (krakles/ mengi).

- Sianosis.

9). Keamanan

Gejala : - Gangguan koordinasi/ cara berjalan.

- Episode parestesia unilateral transien.

- Hipotensi postural.

10). Pembelajaran/ Penyuluhan

Gejala: - Faktor-faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit serebrovaskular/ ginjal.

- Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara.

- Penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan obat/ alkohol.

11). Pemeriksaan Diagnostik

· Hemoglobin/ Hemotokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

· BUN/ Kreatinin : Memberikan nformasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.

· Glukosa :Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetusan hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar ketokolamin(meningkat hipertensi).

· Kalium Serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

· Kalsium Serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.

· Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasi pencetus untuk/ adanya pembentukan plakateromatosa (efek kardiovaskuler).

· Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi

· Kadar aldosteron urin/ serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)

· Urinalisa : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau diabetes.

· VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositomabila hipertensi hilang timbul.

· Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi.

· Steroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoa atau disfungsi pituitari, sindrom Cushing kadar renin dapat juga meningkat.

· IVP : Dapat mengindentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ ureter.

· Foto Dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup, deposit pada dan/ atau takik aorta, pembesaran jantung.

· CT Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, atau feokromositoma.

· EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, catatan: Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

B. Diagnosa Keperawatan

1). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, hipertropi/ rigiditas (kekakuan ) ventrikuler.

Kriteria Hasil :

- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/ beban kerja jantung

- Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima

- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien


- Kerusakan pembuluh darah dengan manifestasi yang berhubungan dengan sistem organ tertentu sesuai lokasinya .

- Penyakit jantung koroner dengan angina.

- Hipertrofi ventrikel kiri (HVK).

- Perubahan patologis ginjal.

- Perdarahan otak (stroke)

- DM

- Dekompensasi cordis.

H. Pemeriksaan Diagnostik

- Foto Thoraks : Dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katup, defosit pada takik aorta, pembesaran jantung.

- CT Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, enselapati atau peakromasitoma.

- EKG : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, ganggu kanduksi.

Catatan : Luas, peninggian gelembung P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

- Echo (Ekokardiogram) dilakukan karena dapat menemukan HVK secara dini dan spesifik.

I. Pemeriksaan Penunjang

1. Hemoglobin atau hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume (visikositas) yang dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hiperkoagulalivitas, anemia.

2. BUN atau kreatinin : Memberikan informasi terhadap perfusi atau fungsi ginjal.

3. Glukosa : Hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kefokalamin (meningkatkan hipertensi).

4. Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteran utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.

6. Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus utama adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskular).

7. Pemeriksaan tyroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasakontriksi dan hipertensi.

8. Kadar aldosteron urin atau serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).

9. Urinalisis : Protein, Leukosit, Eritrosit dan silinder.

10. Gula darah puasa.

J. Penatalaksanaan Medis

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mecapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau: latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85-95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.


1). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, hipertropi/ rigiditas (kekakuan ) ventrikuler.

Kriteria Hasil :

- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/ beban kerja jantung

- Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima

- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien

Tindakan / intervensi

Rasional

Mandiri

1. Lakukan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.

2. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.

3. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/ keributan lingkungan.

4. Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur/ kursi; jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuaikan kebutuhan.

5. Observasi TD. Ukur pada kedua tangan/ paha untuk evalusi awal.

6. Observasi warna kulit, kelemahan, suhu dan masa pengisian kapiler.

7. Ajarkan klien teknik relaksasi

Kolaborasi

8.Berikan obat-obat sesuai indikasi, seperti diuretik tiazid mis: klorotiazid (diuril).

1. Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stres membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.

2. Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis.

3. Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi

4. Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.

5. Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/ bidang masalah vaskular.

6. Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/ penurunan curah jantung.

7. Agar klien dapat melakukan secara mandiri untuk dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stres membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.

8. Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lainuntuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang relatif normal.


2). Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.

Kriteria evaluasi :

- Melaporkan nyeri/ ketidaknyamanan hilang/ terkontrol.

- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.

- Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Tindakan/Intervensi

Rasional

Mandiri

1. Atur posisi pasien senyaman mungkin

2. lakukan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, mis: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang.

3. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

4. Observasi intensitas dan skala nyeri

5. Ajarkan klien management nyeri:Relaksasi.

Kolaborasi

6. Berikan sesuai indikasi : obat analgesik

1. Untuk mengurangi rasa nyeri

2. Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebaral dan yang memperlambat/ memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

3. Pusing dan peningkatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural

4. Untuk melihat hasil tindakan keperawatan yang sudah di lakukan dan untuk menentukan intervensi selanjutnya

5. Agar klien dapat melakukan cara mandiri untuk mengurangi rasa nyeri.

6. Menurunkan/ mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.




3). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigen.

Kriteria hasil :

- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ diperlukan.

- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intolerasi fisiologi.

Tindakan / Intervensi

Rasional

Mandiri

1. Lakukan latihan ROM

2. Atur posisi fisiologis

3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/ perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.

4. Observasi respon pasien terhadap aktifitas dan kemajuan mobilitas pasien.

5. Anjurkan dan ajarkan klien tentang teknik penghematan energi misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk disaat menyisir rambut dan melakukan aktifitas dengan perlahan.

1. Untuk mempertahankan kekuatan otot sesuai kemampuan.

2. Pengaturan posisi fisiologis dapat membantu perbaikan sirkulasi oksigen.

3. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.

4. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas dan untuk mendeteksi perkembangan klien.

5. Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi,juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.


4) Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.

Kriteria hasil :

- Menerima dan mendiskusikan rasa takut.

- Mengungkapkan pengetahuan yang akurat tentang situasi.

- Mendemonstrasikan rentang perasaan yang tepat dan berkurangnya rasa takut.

Tindakan / Intervensi

Rasional

Mandiri

1. Orientasikan pasien / orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan, tingkatkan partisipasi bila mungkin.

2. Jawab semua pertanyaan secara nyata, berikan informasi konsisten, ulangi sesuai indikasi.

3. Dorong pasien / orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseorang, berbagi pertanyaan dan masalah.

Kolaborasi

4. Berikan anti cemas / hipnotik sesuai indikasi. Contoh: diazepam (valium),

flurazepam (dalmane), lorazepam (ativan).

1. Perkirakan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.

2. Informasi yang tepat tentang situasi menurunkan takut.

3. Berbagi informasi membentuk dukungan / kenyamanan dan dapat menghilangkan tegangan terhadap kekhawatiran yang tidak di ekspresikan.

4. Meningkatkan relaksasi/ istirahat dan menurunkan rasa cemas.



1 komentar: